Rabu, 30 November 2016

SIAPA SANGKA ? Oleh: AJENG ARUM TIANSIH



                                                                                SIAPA SANGKA ?
                                                  Oleh: AJENG ARUM TIANSIH
            Selasa siang selepas pulang sekolah, murid kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 melakukan tes materi Bahasa Indonesia yang telah diajarkan. Bisa dikatakan memperlancar materi pelajaran. Kami diperbolehkan pulang setelah materi yang diteskan sudah lolos.
            Saat itu cuaca terlihat mendung, dan hujan pun turun saat kami tengah sibuk kesana kemari mencari pelatih untuk mengetes diri lolos atau tidak. Tak terasa waktu berputar begitu cepat, satu persatu murid tak lagi memperlihatkan batang hidungnya. Mereka memilih pulang walaupun air hujan membasahi baju mereka. Aku dan beberapa teman satu kelasku menunggu hujannya benar-benar reda, penantian kami diselingi dengan canda tawa oleh pelawak kelas kami. Dia Jamaluddin Nasution. Ya dia orangnya usil dan dan suka bercanda, kami selalu dihibur dengan canda tawanya yang konyol itu.
            Kami tertawa lepas candaannya itu sampai lupa waktu. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 16.38 WIB hujan belum juga reda. Tetapi itu sudah sangat sore, mengingat rumahku yang begitu jauh. Akhirnya, aku memutuskan untuk nekad pulang menembus rintikan hujan.
            Aku mengajak Arif teman satu kelompokku pulang. Mengingat rumahku tidak njauh beda jaraknya hanya beda samping saja, dan ternyata ia pun juga akan pulang. Dia bergegas mengambil sepeda motornya dan menungguku di gerbang.
Dia memanggilku “Ajeng ayok katanya mau pulang?”
Aku menjawab dengan suara agak keras ‘ Iya iya Rif, tunggu ya aku mau ngambil tasku dulu”
Suara Arif dari kejauhan “ Oke oke Jeng”
            Aku mengambil tasku dan keluar sambil berlalu dengan terburu-buru menuju parkiran dimana tempat aku memarkirkan sepeda motorku. Lalu aku menyalakan sepeda motorku
“Cepat jeng, kau duluan di depan” Kata Arif.
“Iya Rif” Kataku
            Dengan hati-hati aku menjajahi jalanan aspal yang dipadati dengan kendaraan  yang lalu lalang. Wajar saja dijalanan ramai kendaraan, karena itulah waktu dimana semua orang bergegas pulang kerumah setelah beraktivitas seharian bekerja. Semua orang berebut untuk dulu-duluan menjajahi jalanan itu, tetapi aku tetap dengan diriku dengan santai tapi pasti mengendarai sepeda motorku. Arif tak jauh di belakangku, kira-kira berjarak 1 meter dari sepeda motorku. Ia tetap setia mengiringi perjalanan pulang
sekolahku sore itu.
            Selama di perjalanan bajuku basah, dikarenakan rintik hujan yang kian lama menambah wattnya saja. Baju basahku membuat badanku seakan menyentuh balok-balok es. Ditambah lagi dinginnya semilir angin membuat bibirku menggigil. Aku berhenti di sebuah warung yang di depannya terdapat pertamini. Aku berfikir hendak mengisi bahan bakar sepeda motorku, karena kelihatannya temanku ini merasa haus setelah diajak berjalan jauh menempuh jarak yang cukup jauh. Aku pun menyandarkan sepeda motorku dan Arif berhenti tepat di depanku.
“Kenapa kok berhenti Jeng?, Tanya Arif”.
“Oh iya Rif, aku mau ngisi bensin keretaku dulu Rif, kau duluan aja Rif”.
“Iya Jeng , aku duluan lah yya Jeng, gak papakan Jeng. Kata Arif”.
“Gak papa Rif, duluan lah hati-hati ya Rif”. Kataku.
“Oke-oke Jeng”.
            Tak lama penjual itu selesai mengisi teng perut si sepeda motorku. Lalu aku menyodorkan uang dan bergegas pergi.
“Terima kasih pak” (kataku pada penjual bensin tersebut).
“Sama-sama nak, hati-hati’ jawab bapak itu.
            Lalu aku pergi dan mengklekson sambil tersenyum lebar pada bapak itu. Di jalanan aku tidak melihat Arif lagi. Dalam hati aku bergumam “ Cepat sekali Arif yaa, sampek gak Nampak lagi”.
            Dari kejauhan aku melihat ramai-ramai jauh di depan sana. Mobil-mobil dan kendaraan roda dua seketika berhenti, memadati badan jalan. Aku merasa takut, dan kukurangi kecepatan kendaraanku. Aku bertanya kepada seorang kakak yang membawa anak bayinya yang sebelumnya telah melewati keramaian itu.
“Kak, itu ada apa kok rame kali?” Tanyaku dengan sedikit gugup.
“Itu ada yang jatuh disana, makanya ramai dek”.
‘Oh makasih ya kak”.
Kakak itu langsung pergi meninggalkan aku yang tengah berhenti di tengah jalan. Mendengar pernyataan itu aku dapat bernafas lega. Awalnya aku berfikiran bahwa ramainya mobil dan kendaraan roda dua berhenti disana dikarenakan kegiatan polisi yang sedang melakukan Razia. Tetapi dugaanku salah, ternyata ada orang kecelakaan disana. Aku langsung menyalakan kendaraanku lalu menyusuri keramaian itu. Dekat, semakin dekat, dan sangat dekat. Aku melihat seorang lelaki memakai helm dan juga dengan jaket hitamnya. Dalam benakku aku mengenali lelaki berjaket hitam itu lengkap denga helmnya. Dan kuhentikan kendaraanku tepat di sampingnya. Ya aku memang mengenalinya, dan seketika aku tersentak kaget.
“Lah Arif, kenapa kau? Astaga kok bisa kayak gini Rif?” Tanyaku.
“Tadi ada mobil ngerem mendadak, jadi aku kaget. Ya nabrak mobil itulah aku jadinya Jeng”. Jawab Arif.
“Lah mobilnya sekarang dimana Rif?, Tanyaku”.
“Mobilnya kabur itu kearah Firdaus sana Jeng. “Arif menjawab dengan suara yang mengecil.
            Saat itu ia tengah menghubungi orang tuanya dan menjelaskan semua yang telah terjadi. Orang-orang yang lalu lalang pun menunjukkan rasa simpati kepada Arif. Sebab, juga ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya. Aku juga tidak banyak mengetahui detail tentang kejadian itu. Dalam hatiku berkata” Syukurlah temanku ini tidak kenapa-kenapa”. Kulihat dia juga tidak ada yang luka kelihatan baik-baik saja. Tetapi, sangat disayangkan kendaraannya mengalami kerusakan yang cukup parah, sampek penyok begitu. Tapi untungnya masih bisa nyala, nasib baik masih bersamanya kali ini.
            Setelah beberapa menit jalanan pun terlihat begitu lapang, sebab mobil yang berhenti telah melanjutkan perjalanannya. Tinggallah aku dan Arif disana dan akhirnya kami pun pulang dan berpisah di simpang yang berbeda. Di perjalanan dalam benakku berfikir kok bisa ya Arif nabrak mobil itu, apa mungkin ada yang difikirkannya sampek dia nabrak mobil. Tapikan itu udah na’as dia. Tidak ada yang mengetahui siapa yang bersalah dalam kejadian ini. Karena saat itu mobilnya langsung pergi meninggalkan Arif dengan kondisi yang seperti itu. Tanpa ada pembicaraan ini itu, masalah itu pun dibiarkan berlalu begitu saja bagaikan air mengalir.
            Keesokan harinya aku datang lebih awal dari biasanya. Karena, ya biasanya disitu bel berbunyi aku baru masuk pekarangan tempat parker. Dan kali itu aku seketika langsung mencari Arif, namun ternyata dia tidak datang kesekolah. Aku bertanya kepada sekertaris kelasku.
“Selvi, Arif gak sekolah ya, dia kenapa gak sekolah?”
“Dia sakit jeng, jawab Selvi!”.
            Setelah mendengar ucapan Selvi, aku langsung menceritakan tentang semua kejadian yang menimpa Arif pada sore itu. Semua tercengang kaget. Seorang teman dekatku member tahuku bahwa Arif setelah kejadian itu merasakan sakit dikepalanya dan lebam di kakinya membuat ia tidak sekolah. Dan bel pun berbunyi, kami dibariskan dilapangan untuk diberikan arahan oleh pak TM. Setelah selesai bapak itu memberikan arahan kepada kami, kami pun dibubarkan dan langsung masuk ke kelas masing-masing. Les pertama pelajaran kami hari ini adalah Bahasa Inggris, salah satu temanku heran dan berkata kepadaku
“Kenapa ya? kita kan orang Indonesia kenapa harus belajar Bahasa inggris, ANEH!! Ucapnya sambil tertawa menggelengkan kepalanya. Guru Bahasa inggris kami adalah ma’am Ema, belajar sama ibuk itu sangat menyenangkan. Selalu diselingi dengan canda tawa saat kami belajar, sehingga kami tidak mudah bosan. Tak terasa pun les ibuk itu selesai, dan berganti mata pelajaran sejarah. Teman sebangku ku lagi lagi bertanya dengan pertanyaannya yang aneh itu.
“Kenapa kita harus belajar sejarah? Apalagi kita dituntut untuk mengetahui bagaimana masa perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan tanah air. Kita kan waktu itu belum lahir, kita pun mungkin masih diawang-awang. Manalah mungkin kita tahu!, kata temanku itu dengan bangganya.
“Aku pun menyangkal kata-katanya, kau itu aneh bin ajaib teman, ya justru itu kita harus tahu semua sejarah bangsa Indonesia supaya kita itu tidak seenaknya saja, kita juga harus mengingat dan meneladani sikap patriotism para pejuang bangsa kita ini yang sudah mati-matian mempertahankan negeri tercinta kita ini dari penjajah. Tujuannya karena kita sebagai generasi muda kitalah yang akan berperan nantinya untuk mempertahankan dan mengolah negeri kita ini supaya bagaimana bangsa Indonesia ini makmur dan terbebas dari kesengsaraan, dan dapat bersaing dengan negara-negara tetangga.maka dari itu kita perlu mempelajari sejarah karena juga untuk kebaikan kita kok. Untuk memotivasi kita lah intinya”.
“Hem, betul jugak katamu Jeng,” sambil tersenyum dan mengacungkan jempol kepadaku. Lalu aku pun membalas senyumannya itu dengan wajah yang berseri-seri.
            Tak lama pu bapak itu datang, eng ing eng!! Semua murid diam ditempat duduknya masing-masing. Ya pak Fadli guru sejarah kami, guru sejarah sekaligus guru BP di sekolah kami. Belajar sejarah kami selalu presentase, setiap kelompok harus mempresentasekan hasil kerja kelompoknya. Presentase kelompok kali ini sangat hancur dan berantakan. Awalnya presentase berjalan dengan baik dan tenang, tetapi Saat pak Fadli membagikan hasil ulangan sejarah minggu lalu semua murid sibuk denga kertas hasil ulangan yang dibagikan pak Fadli. Satu persatu nama kami dipanggil, waduh dag dig dug gak karuan. Tapi kami sangat kecewa dengan hasil ulangan kami yang gak memuaskan ini. Kami ujian sejarah dibagi menjadi 2 kelompok. Aku kelompok A, astaga nilai kelompok A rendah-rendah jauh dibawah nilai KKM. Tapi malah kelompok B malah nilainya diatas KKM, kami kelompok A keheranan dan terus bertanya-tanya. Tapi apa mau dibuat memang itulah nilai kami dan disitulah kemampuan kami. Gak ada yang nyangka hal ini. Mau tak mau kami harus menerima semuanya dengan lapang dada.Waktu terus berlalu dan proses KBM pun selesai. Tapat pukul 14.00 WIB. Bell pun berbunyi dan semua murid pun pulang. Diperjalanan hujan pun turun, dan saat itu aku mencari tempat persinggahan untuk berteduh sampai hujan turun. Dalam benakku berkata”  Padahal tadi cuaca begitu cerah, malah sekarang hujan, memang semua hal yang terjadi bisa saja terjadi tanpa kita sadari, kita hanya bisa melakukan yang tebaik”.

                                                                               AJENG ARUM TIANSIH
                                                                                SMA NEGERI 2 RANTAU SELATAN
         KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar